Oleh: Heni Yuningsih*
Persatuan Islam adalah nama jam’iyyah yang digunakan untuk
mengarahkan ruhul jihad, ijtihad, dan tajdid agar tercapai visi-misi
jam’iyyah. Landasan filosofi jam’iyyah adalah persatuan rasa Islam,
persatuan usaha Islam, dan persatuan suara Islam. Nama tersebut
diberikan kepada jam’iyyah ini karena diilhami firman Allah dalam surat
Ali Imran: 103,
“Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai”
Hadits Nabi riwayat Tirmidzi:
” يد الله مع الجماعة”
“Pertolongan Allah beserta jama’ah”
Himpunan Mahasiswa (HIMA) dan Himpunan Mahasiswi (HIMI) Persatuan Islam lahir sebagai bagian dari dinamika perjuangan PERSIS yang bertujuan mengamalkan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan, kelahirannya dirasakan sangat tepat, sebab perjuangan mengamalkan syariat Islam berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah bisa sempurna apabila seluruh komponen umat terlibat di dalamnya, termasuk para mahasiswa sebagai generasi muda intelektual.
HIMA dan HIMI PERSIS didirikan pada tanggal 24 Maret 1996 di Cianjur dengan tujuan membentuk insan akademis, mujaddid, revolusioner, dan berkepribadian Islami menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah. Sebagaimana tercantum dalam Qaidah Asasi HIMI PERSIS BAB I pasal 3, tujuan HIMI PERSIS adalah:
1.Membentuk muslimah yang mujahid, mujtahid, dan mujaddid.
2.Membentuk muslimah yang peka terhadap persoalan-persoalan intelektual, keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan keperempuanan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai usaha, antara lain:
1.HIMI PERSIS berusaha menghimpun dan mengembangkan potensi mahasiswi dalam upaya meningkatkan pembinaan mahasiswi.
2.Membimbing, membina, dan menggerakkan anggota untuk meningkatkan fungsi HIMI PERSIS sebagai organisasi kader bagi masyarakat.
3.Berperan secara aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengembangkan pemikiran keagamaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial kemasyarakatan bagi kemaslahatan umat.
4.Menjalin kerja sama dengan berbagai umat, organisasi, dan instansi.
5.Memberikan kontribusi dan perhatian terhadap permasalahan perempuan dengan segala usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Visi dan misi tersebut berdasarkan pada hadits:
حدّثنا أبو القاسم حفص بن عمر، قال: حدّثنا أبو حاتم الرازي، قال حدّثنا أبو سلمة ، قال حدّثنا حماد عن حميد عن الحسن عن أبي
الدرداء قال: كن عالما أو متعلّما أو مستمعا أو محبا ولا تكن الخامسة فتهلك. رواه أحمد
Semua visi dan misi HIMI PERSIS berdasarkan pada hadits tersebut dengan menjadikan potongan hadits tersebut sebagai motto HIMI PERSIS yaitu كن عالما أو متعلّما. Filosofi HIMI PERSIS adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian. HIMI bertujuan menjadikan mahasiswi sebagai orang yang berilmu atau yang mencari ilmu, hal ini tersirat dalam langkah pendidikan dan penelitian. Disamping itu juga, HIMI PERSIS bertujuan menjadikan kadernya sebagai orang yang mengajarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah, hal tersebut tersirat dalam langkah pengabdian. Semua misi tersebut berdasarkan pada motto HIMI PERSIS, sehingga terwujud insan mujahidah, mujtahidah, dan mujaddidah.
Upaya memelihara ruhul jihad dilaksanakan melalui pembinaan para anggota khususnya dan umat Islam pada umumnya melalui kegiatan pendidikan dan dakwah agar memahami ajaran Islam secara utuh dengan baik dan benar, kemudian mengamalkannya dalam peri kehidupannya baik secara fardi maupun dalam kehidupan sebagai sebuah masyarakat.
Ruhul ijtihad dipelihara, dikembangkan, dan dimotivasi kenyataan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang diwariskan Rasulullah SAW ayat-ayat dan hadits-hadits ahkamnya cukup terbatas jumlahnya. Sementara tantangan dan problematika yang terkait dengan persoalan manusia dan kemanusiaan terus bermunculan dan berkembang dengan pesat dan cepat. Diperlukan peran para mujtahid untuk mengerahkan segala daya dan kemampuan dengan memperhatikan dalil, nash, dan kaidah-kaidah umum yang baku untuk memberikan respon atau jawaban terhadap setiap persoalan yang muncul. Untuk mewujudkan para mujtahid, HIMI PERSIS berusaha melakukan kajian dan penelaahan serta memberi jawaban terhadap persoalan yang muncul.
Tajdid yang diusung PERSI bukanlah membuat sesuatu yang baru, mengganti atau mengubah agama itu sendiri melainkan I’adatul Islam ila ashliha, wa ihyaus sunnah, yakni mengembalikan ajara Islam kepada asalnya dan menghidupkan sunnah. Tajdid bukanlah tahdits (mengada-ada) atau tabdil dan taghyir (mengganti atau mengubah), melainkan identik dengan ibanah atau purifikasi, yakni membedakan mana yang sunnah dan mana yang bid’ah, mana tauhid dan mana syirik.
Bersama didirikannya HIMA PERSIS didirikan pula HIMI PERSIS yang tujuan dan usahanya (HIMI memakai istilah Rencana Jihad) sama dengan HIMA, sehingga HIMA_HIMI dapat bekerja kolektif disesuaikan dengan karakter mahasiswa dan mahasiswi.
Wallahu a’lam bishshowab
*Pengurus Pimpinan Pusat Himi Persis
sumber: http://heniyuningsih.wordpress.com/2011/11/04/falsafah-himi-persis-%D9%83%D9%86-%D8%B9%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A7-%D8%A3%D9%88-%D9%85%D8%AA%D8%B9%D9%84%D9%91%D9%85%D8%A7/