Sabtu, 22 Desember 2012

Himsis News: Pelantikan PW Himi Persis Jabar 2012-2014

Bismillah
Jum'at, 21 Desember 2012, Pendopo Wali Kota Bandung menjadi tempat bersejarah bagi  keluarga besar Himi Persis, khususnya di wilayah Jawa Barat.  Karena hari tersebut menjadi saksi dimana para Tasykil pengurus PW Himi Persis Jabar 2012-2014 yang diketuai oleh Teh Rika Siti Syahidah, dilantik dan di sah kan langsung oleh Ketua PP Himi Persis, yaitu Teh Mira Sholihah. 

Dihadiri dan disambut oleh Walikota Bandung Bapak Dada Rosada, acara ini juga melantik otonom istri Persis lainnya yaitu Persistri Jabar dan Pemudi Persis Jabar. Acara berlangsung khidmat ini dihadiri pula oleh perwakilan otonom Persis lainnya dari berbagai level.


Segenap Keluarga Besar Himi Persis PK Upi Mengucapkan selamat dan sukses atas dilantiknya Tasykil baru PW Himi Persis Jawa Barat masa jihad 2012-2014. Semoga pelantikan ini mampu menjadi awal gerak langkah Himi Persis Jabar yang Lebih Inovatif dan Progresif.


               Salam
-Innamal 'ilmu Bit Ta'alum-

Tasykil Himi Persis Jabar Beserta Domisioner Himi Persis Jabar dan Perwakilan PP Himi Persis

Senin, 10 Desember 2012

Himsis UPI News: SILABAR Hima/i Persis PK. UNISBA


Hari Sabtu, 8 Desember 2012 HIMA/I Persis PK UNISBA mengadakan acara silaturahmi akbar. Acara berlangsung mulai pukul 08.00 sampai 12.00. Pada sesi pertama, acara diisi pematerian oleh Ust. Tatan. Beliau menekankan bahwa HIMA/HIMI Persis itu harus berbeda dengan yang lain agar dapat diterima khususnya oleh orang Persis sendiri, umumnya oleh orang yang bukan Persis. Jangan pernah menghapus sejarah kehidupan. Beliau dengan terang-terangan menyatakan bahwa kakeknya merupakan salah satu pendiri Jema’at Ahmadiyyah. Namun cucunya menjadi orang yang paling menentang keras keberadaan Ahmadiyyah tersebut. Walaupun seperti itu, tetap itu merupakan sejarah kehidupan yang tidak boleh disembunyikan apalagi dihilangkan.
 Ketika memasuki mesjid UNISBA, beliau membawa beberapa buletin namun sangat disayangkan ternyata tidak ada sama sekali buletin HIMA/I. Buat buletin saja tidak bisa, begitu katanya. Untuk kedepannya, insya Allah HIMI Persis PK UPI akan mengusahakan pula terbitnya buletin. Beliau juga menyarankan agar diadakan setoran qur’an, dan alhamdulillah dari KAIL kita pun sudah menjadwalkan setoran tersebut. Mudah-mudahan tetap istiqamah. Apabila setoran Qur’an sudah biasa, apa salahnya mencoba setoran hadits, ujar beliau. Ciri khas HIMA/I itu adalah kajian. Namun agar diminati, hadirkan tema yang menarik, temukan irisan kepentingan yang sama dengan mahasiswa kebanyakan. Apabila membandingkan dengan acara ILC, apa kira-kira yang membuat acara tersebut banyak diminati. Bukan karena pengisi acaranya yang ganteng atau apa, tetapi tema yang dihadirkan selalu fresh dan up to date. Jadi masyarakat seolah-olah sangat perlu mengikuti jalannya diskusi tersebut. Pada intinya, Ust. Tatan menekankan bahwa kita harus punya ciri khas yang membedakan kita dengan UKM keislaman lainnya.
Acara kedua diisi oleh salah satu alumni UNISBA yang merupakan pejuang dalam berdirinya HIMA di UNISBA. Beliau banyak memberikan pencerahan mengenai peran HIMA/I di universitas-universitas. Kemudian acara dilanjutkan dengan talkshow, dan terakhir sosialisasi kepengurusan dan program kerja HIMA/I PERSIS PK UNISBA.

Salam
Innamal Ilmu Bit ta'allum 

Sabtu, 08 Desember 2012

Coming Soon: KABAH UPI 2012

Bismillah
Pengkaderan adalah salah satu pintu gerbang menuju sebuah organisasi, yang bersifat mengenalkan dan memahamkan kader tentang arah tujuan serta gerak perahu yang akan mereka tumpangi di samudera luas.

Olehkarenanya di penghujung tahun 2012 ini, Hima Himi Persis Pk. UPI mempersembahkan:
KABAH "Kaderisasi Anggota Baru Hima-Himi Persis" Pimpinan Komisariat UPI Bandung, dengan tema 'Menegaskan peran Hima-Himi Persis sebagai kader Intelektual Persis." kegiatan ini akan diselenggarakan pada hari: Jumat-Ahad, 14-16 Desember 2012 @PPI Ciputri Lembang, kab. Bandung Barat

Bagi rekan rekan yang akan bergabung, baik yang berkampus di UPI atau kampus lainnya di Bandung raya silahkan daftar via sms dengan format: Nama_Universitas_Angkatan kirim ke 085871216891 (Hima) atau 089655732628 (Himi)

Salam
Innamal Ilmu Bit ta'alum-Wamaa yadzakkaru illa Ulul Albab

Shitamami: Ajang Shilaturahmi Hima Himi Persis UPI


Bismillah...

Sabtu lalu, 1 Desember 2012 merupakan hari bersejarah yang paling berkesan untuk Hima-Himi Persis Pk. UPI, hari itu kami bisa berkumpul, bercengkrama dan berkenalan bersama dalam acara Shitamami part2 (Shilaturahmi Angota Hima Himi Persis UPI) yang berlangsung di Natural Hill, Cisarua kecamatan parongpong Kabupaten Bandung Barat.

Dalam acara ini seluruh staf pengurus dan anggota Hima Himi Persis Pk. Upi dilibatkan dalam sebuah acara serta permainan yang telah dirancang oleh Team Kaderisasi (Nira, Tajdidah, Ressa, ismail dan Trias). yang menarik adalah ketika ketua kedua Hima Himi Upi (Iqbal dan Yunengsih) dilibatkan serta dalam permainan yang menguji kecerdasan dan ketangkasan ini. tak bisa dipungkiri, Games yang unik dan kreatif inilah yang kemudian mampu menyatukan semangat dan shilaturahmi kami :D
here's the picture







Rengrengan Hima Himi Persis Pk.UPI


Salam
Innamal ilmu bit ta'allum-Wamaa Yadzakakru illa ulul Albab..




Selasa, 13 November 2012

Madrasah Ramadhan pertemuan ke 9 & 10


صلاة العيدين
سبب التسمية: سمي العيد بهذا الاسم؛ لأن لله تعالى فيه عوائد الإحسان أي أنواع الإحسان العائدة على عباده في كل عام، منها الفطر بعد المنع عن الطعام وصدقة الفطر، وإتمام الحج بطواف الزيارة، ولحوم الأضاحي وغيرها؛ ولأن العادة فيه الفرح والسرور والنشاط والحبور غالباً بسبب ذلك، وأصل معنى (عيد) لغةً: عود، والعود هو الرجوع، فهو يعود ويتكرر بالفرح كل عام[1].
sebab penamaan:dinamakan 'id karena pada hari tersebut Allah SWT memiliki berbagai macam kebaikan yang kembali kepada para hamba-Nya di setiap tahun, diantaranya doperbolehkan makan setelah sebelumnya dilarang, dan shadaqah fitri. juga menyempurnakan haji dengan tawaf ziyarah, daging-daging qurban dan lain sebagainya. juga karena sudah menjadi kebiasaan pada hari 'id orang-orang merasa senang dan bergembira. makna asal 'id secara bahasa berarti kembali, yakni kembali dan mengulang kegembiraan setiap tahun.


أدلة مشروعية صلاة العيد:
شرعت صلاة العيد في السنة الأولى من الهجرة، بدليل ما روى أنس: «قدم رسول الله صلّى الله عليه وسلم المدينة، ولهم يومان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان؟ قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية، فقال رسول الله صلّى الله عليه وسلم : إن الله قد أبدلكما خيراً منهما: يوم الأضحى، ويوم الفطر» .
وأدلة مشروعيتها: الكتاب والسنة والإجماع[2] .
أما الكتاب: فقوله تعالى: {فصل لربك وانحر}[3] المشهور في التفسير: أن المراد بذلك صلاة العيد أي صلاة الأضحى والذبح.
وأما السنة: فثبت أن رسول الله صلّى الله عليه وسلم بالتواتر كان يصلي صلاة العيدين. وأول عيد صلاه صلّى الله عليه وسلم : عيد الفطر في السنة الثانية من الهجرة. قال ابن عباس: «شهدت صلاة الفطر مع رسول الله صلّى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر، فكلهم يصليها قبل الخطبة» وعنه «أن النبي صلّى الله عليه وسلم صلى العيد بغير أذان ولا إقامة»[4].
Dalil disyari'atkannya shalat 'id
shalat 'id disyari'atkan pada abad ke 1 hijriyah, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Anas ra.:Rasulullah SAW tiba di Madinah, mereka memiliki dua hari yang mereka bersenang-senang pada hari tersebut. Dia bertanya: dua hari apakah itu?, para sahabat menjawab: pada masa jahiliyah kami bersenang-senang di dua hari tersebut, lalu Rasulullah bersabda: sungguh Allah telah mengganti dua hari tersebut dengan yang lebih baik, yakni hari raya adha dan hari raya fitri.

Dalil disyari'atkannya hari raya terdapat dalam Al-Qur`an, hadits, dan ijma
dalam Al-Qur`an, firman Allah SWT: فصل لربك وانحر , tafsir yang termasyhur tentang ayat ini adalah shalat 'id yakni 'id adha dan penyembelihan.
sedangkan dalam hadits, diriwayatkan secara mutawatir bahwa Rasulullah SAW shalat dua hari raya. 'id pertama yang Nabi melaksanakan shalat pada hari itu adalah 'id fitri pada tahun kedua hijriyah. Ibnu Abbas ra. berkata: aku melaksanakan shalat 'id fitri bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar. mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah. sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga mengatakan bahwa Nabi SAW shalat 'id tanpa adzan dan iqamat. 

الْحِكْمَةُ مِنْ مَشْرُوعِيَّةِ الْعِيدَيْنِ: أَنَّ كُل قَوْمٍ لَهُمْ يَوْمٌ يَتَجَمَّلُونَ فِيهِ وَيَخْرُجُونَ مِنْ بُيُوتِهِمْ بِزِينَتِهِمْ[5]. فَقَدْ وَرَدَ عَنْ أَنَسٍ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- أَنَّهُ قَال: كَانَ لأهْل الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُل سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَال: كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأضْحَى[6].
Hikmah pensyari'atan dua hari raya
Masing-masing kaum memiliki satu hari yang pada hari tersebut mereka bersenang-senang, dan keluar dari rumah mereka untuk bersenang-senang. sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas ra. ia berkata: kaum jahiliyah memiliki dua hari dalam setiap tahun  untuk bersenang-senang, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah beliau bersabda: kaum jahiliyah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang, dan sungguh Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik, yaitu 'id fitri dan 'id adha. 



فضيلةُ صيامِ الست
عَنْ أَبي أَيُّوبَ الأَنصَاريِّ ( أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه و سلم قال: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتبَعَهُ سِتاً مِنْ شَوَّالَ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهرِ»[7]
وعَنْ ثُوبانَ ( أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه و سلم قَالَ: «صِيامُ رَمَضَانَ بِعَشرَةِ أَشْهُر، وصِيَامُ السِّتَّةِ أيَّامٍ بِشَهرَينِ فذَلك صِيَامُ السَّنَة».
وفي رِوايةٍ «مَنْ صَامَ سِتَّةَ أيَّامٍ بَعْدَ الفِطْرِ كَانَ تَمامَ السَّنة [مَنْ جَاءَ بِالحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا] {الأنعام:١٦٠}»[8]

fadilah saum 6 hari di bulan syawal
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Ayyub Al-Anshari bahwa Rasulullah SAW bersabda: siapa yang melaksanakan shaum ramadhan kemudian dilanjutkan dengan 6 hari di bulan syawal, maka ia seperti shaum satu tahun.
diriwayatkan dari Tsauban bahwa Rasulullah SAW bersabda: shaum ramadhan pada 10 bulan dan shaum 6 hari selama dua bulan, itulah shaum selama satu tahun.
dalam sebuah riwayat dikatakan: siapa yang shaum 6 hari setelah 'id fitri, maka sempurnalah satu tahun.  أَمْثَالِهَا مَنْ جَاءَ بِالحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ ] {الأنعام:١٦٠



الصَّومُ عَن الميِّت
عَنْ عَائِشَةَ رَضيَ اللهُ عَنْها أنَّ رَسُولَ الله  قَالَ: «مَنْ مَاتَ وعَلَيهِ صِيامٌ صَامَ عَنْهُ وليُّهُ» متفق عليه[9]
وعَن ابنِ عَباسٍ رَضيَ اللهُ عَنْهُما قَالَ: «جَاءَ رَجُلٌ إلى النَّبيِّ صلى الله عليه و سلم فَقالَ: يا رَسولَ الله، إن أُمِّي ماتَتْ وعَليها صَومُ شَهْرٍ، أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا؟ فَقالَ عَليهِ الصَّلاة والسَّلام: لَوْ كانَ على أُمِّكَ دينٌ أَكُنْتَ قَاضِيْهِ عَنها؟ قالَ: نعم، قال: فَدَينُ الله أَحَقُّ أَنْ يُقضَى» رواه الشيخان.
Shaum untuk orang yang mati
dari 'Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: siapa yang mati dan ia memiliki hutang saum, maka walinya shaum untuk dia (orang yang mati). Muttafaq 'alaih
dari Ibn Abbas ra. ia berkata: datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW, lalu ia bertanya: wahai Rasulullah, sungguh ibuku  telah wafat dan ia memiliki hutang shaum selama satu bulan, apakah aku harus menggantinya?, lalu Nabi menjawab: kalaulah ibumu memiliki hutang, apakah engkau harus melunasinya?. ia menjawab: iya. Nabi berkata: maka hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi. (H. R. Syaikhan)


وفي رِوايةٍ لهما: «أنَّ امرأةً جاءَتْ إلى النَّبيِّ صلى الله عليه و سلم فَقَالتْ: يا رَسُولَ الله، إنَّ أُمِّي مَاتَتْ وعَلَيْهَا صَوْمُ نَذْرٍ أَفَأَصُومُ عَنْهَا؟ قالَ: أرَأَيتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمُّكِ دَيْنٌ فَقَضَيتِهِ أَكَانَ يُؤْدِي ذلكَ عنها؟ قالت: نعَم، قالَ: فَصُومِي عَنْ أُمِّكِ»[10]
dalam suatu hadits yang diriwayatkan keduanya ('Aisyah dan Ibn Abbas) dikatakan bahwa: seorang perempuan datang kepada Nabi SAW dan bertanya: ya Rasulullah, ibuku wafat dan ia memiliki nadzar shaum, apakah aku harus shaum untuknya?. Nabi mejawab: apa pendapatmu jika ibumu memiliki hutang lalu engkau melunasinya, apakah itu sudah melunasi hutangnya?. ia menjawab: iya. Nabi berkata: maka shaumlah untuk Ibumu.


وفي رِوايةٍ لأَحمد: «إنَّ أُمِّي مَاتتْ وعَلَيْها صَومُ شَهرِ رَمَضَانَ فَأقْضِيه عنها؟ قالَ: أَرَأَيتِ لو كَانَ عَلَيهَا دينٌ تَقْضِينَه؟ قَالَت: نَعَم، قَالَ: فَدَيْنُ الله عزَّ وَجَلَّ أحَقُّ أَنْ يُقْضَى». [11]
dalam hadits riwayat Ahmad dikatakan; ibuku telah wafat dan ia memiliki hutang shaum ramadhan, haruskan aku mengganti hutangnya?. Nabi menjawab: apa pendapatmu jika ia memiliki hutang, apakah engkau harus melinasinya?. ia berkata: iya. Nabi menjawab: maka hutang terhadap Allah lebih berhak dilunasi.


وعنْ بُرَيدةَ - رضي الله عنه - قالَ: «بينَا أنَا جَالسٌ عندَ رَسولِ الله صلى الله عليه و سلم إذ أتَتْهُ امرأةٌ فقالتْ: إنِّي تَصَدَّقْتُ على أمِّي بجَاريةٍ وإنها ماتتْ. قالَ: فقالَ: وجَبَ أَجرُكِ وردَّها عليكِ الميراث، قالتْ: يا رسولَ الله، إنَّه كانَ عليها صومُ شَهرٍ أفَأَصُومُ عنها؟ قال: صُومِي عنهَا، قالتْ: إنَّها لمْ تَحُجَّ قَطُ، أفَأَحُجُّ عنهَا؟ قال: حُجِّي عنها» رواه مسلم[12]
 dari Buraidah ra. ia berkata: ketika kami duduk bersama Rasulullah SAW tiba-tiba datang seorang perempuan bertanya: aku ersedekah untuk ibuku dengan amal jariyah sedangkan ia telah wafat. Nabi menjawab: engkau berhak menerima pahala dan kembalikan ia sebagai harta warisan. ia menjawab: ya Rasulullah, sungguh ia memiliki hutang shaum selama sebulan, apakah aku harus shaum untuknya?. Rasul menjawab: shaumlah untuknya. ia bertaka: iapun belumberhaji sama sekali, apakah aku harus menghajikannya?. Rasul menjawab: hajikanlah ia. (Muslim)






[1] الفقه الإسلامي و أدلته: ٢: ٥١٣
[2] المغني: ٣٦٧ /٢، مغني المحتاج: ٣١٠ /١.
[3] [الكوثر:١٠۸ /٢]
[4]  متفق عليهما.....
[5]  حجة الله البالغة للدهلوي ٢ / ٢٣ .
[6] حديث : " كان لكم يومان . . . " . أخرجه النسائي ( ٣ / ١٧٩ - ١۸٠ ط المكتبة التجارية ) .
[7] رواه مسلم (١١٦٤).
[8] رواهُ أحمدُ وابنُ ماجه رواه أحمد (٥ / ٢۸٠) والدرامي (١٧٥٥) وابن ماجه (١٧١٥) والنسائي في الكبرى (٢۸٦٠) وصححه ابن خزيمة (٢١١٤) وابن حبان (٣٦٣٥).
[9] رواه البخاري (١۸٥١) ومسلم (١١٤٧).
[10] رواه البخاري (١۸٥٢) ومسلم (١١۸٤) واللفظ في الروايتين لمسلم،
[11] مسند أحمد (١ /٣٦٢) وصححها الشيخ أحمد شاكر (٣٤٢٠) ثم قال: «وهذه الرواية صريحة في أن السؤال كان عن قضاء صوم رمضان، ولم يشر إليها الحافظ في الفتح، والظاهر أن حوادث السؤال تعددت فمرة عن نذر، ومرة عن رمضان، والسائل مرة رجل، ومرة امرأة» أ.هـ.
[12] رواه مسلم (١١٤٩) وأبو داود (٢۸٧٧) والترمذي (٦٦٧) والنسائي في الكبرى (٦٣١٤) وابن ماجه (٢٣٩٤).

Rabu, 19 September 2012

Madrasah Ramadhan Pertemuan ke Delapan


زكاة الفطر
التَّعْرِيفُ :
مِنْ مَعَانِي الزَّكَاةِ فِي اللُّغَةِ: النَّمَاءُ، وَالزِّيَادَةُ، وَالصَّلاَحُ، وَصَفْوَةُ الشَّيْءِ، وَمَا أَخْرَجْتَهُ مِنْ مَالِكِ لِتُطَهِّرَهُ بِهِ.
وَالْفِطْرُ: اسْمُ مَصْدَرٍ مِنْ قَوْلِكَ: أَفْطَرَ الصَّائِمُ إِفْطَارًا[1].
Definisi: 
diantara makna zakat; tumbuh, bertambah, pembersihan, memurnikan sesuatu, sesuatu milik anda yang dikeluarkan untuk mensucikannya.
وَأُضِيفَتِ الزَّكَاةُ إِلَى الْفِطْرِ؛ لأِنَّهُ سَبَبُ وُجُوبِهَا، وَقِيل لَهَا فِطْرَةٌ، كَأَنَّهَا مِنَ الْفِطْرَةِ الَّتِي هِيَ الْخِلْقَةُ[2].
قَال النَّوَوِيُّ: يُقَال لِلْمُخْرَجِ: فِطْرَةٌ. وَالْفِطْرَةُ -بِكَسْرِ الْفَاءِ لاَ غَيْرُ- وَهِيَ لَفْظَةٌ مُوَلَّدَةٌ لاَ عَرَبِيَّةٌ وَلاَ مُعَرَّبَةٌ بَل اصْطِلاَحِيَّةٌ لِلْفُقَهَاءِ، فَتَكُونُ حَقِيقَةً شَرْعِيَّةً عَلَى الْمُخْتَارِ، كَالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ.
Al-fitru; isim mashdar dari kata : أَفْطَرَ الصَّائِمُ إِفْطَارًا
kata zakat diidafatkan kepada al-fitru, karena al-fitru merupakan sebab wajibnya zakat, disebut juga fitrah, seolah-olah berasal dari kata al-fitrah yang berarti fitrah (pembawaan, naluri).
Imam An-Nawawi berkata: sesuatu yang dikeluarkan disebut fitrah -dengan membaca kasrah huruf fa- yang merupakan lafadz yang terlahir bukan bahasa arab, bukan pula arabisasi. tapi kata tersebut merupakan istilah ahli fiqh, maka fitrah menurut pendapat yang paling terpilih adalah hakikat syari'ah seperti; shalat dan zakat.

وَزَكَاةُ الْفِطْرِ فِي الاِصْطِلاَحِ: صَدَقَةٌ تَجِبُ بِالْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ[3].
Zakat fitrah secara istilah berarti; suatu shadaqah yang diwajibkan karena berbuka pada bulan ramadhan (shaum).

حِكْمَةُ مَشْرُوعِيَّتِهَا :Hikmah Pensyari'atan Zakat Fitri
حِكْمَةُ مَشْرُوعِيَّةِ زَكَاةِ الْفِطْرِ الرِّفْقُ بِالْفُقَرَاءِ بِإِغْنَائِهِمْ عَنِ السُّؤَال فِي يَوْمِ الْعِيدِ ، وَإِدْخَال السُّرُورِ عَلَيْهِمْ فِي يَوْمٍ يُسَرُّ الْمُسْلِمُونَ بِقُدُومِ الْعِيدِ عَلَيْهِمْ ، وَتَطْهِيرُ مَنْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ بَعْدَ شَهْرِ الصَّوْمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ[4] . رَوَى أَبُو دَاوُدَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَال : فَرَضَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ ، طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ ، مَنْ أَدَّاهَا قَبْل الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ[5].
hikmah disyari'atkannya zakat fitri; kasih sayang terhadap orang-orang fakir dengan cara memberikan kecukupan kepada meraka dari meminta-minta pada hari 'id, memberikan kebahagiaan di hari ketika kaum muslim bergembira karena datangnya hari raya, mensucikan orang yang diwajibkan zakat dari ucapan yang sia-sia setelah bulan ramadhan. Abu Daud meriwayatkan suatu hadits dari Ibn Abbas ra. berkata: 'Rasulullah SAW telah mewajibkan Zakat fitri sebagai pembersih orang yang melaksanakan shaum dari perbuatan yang kotor dan sia-sia, memberi makan kepada orang-orang miskin. siapa yang menunaikannya sebelum shalat 'id, maka yang demikianlah zakat yang diterima. dan siapa yang menunaikannya setelah shalat, maka yang demikian merupakan salah satu shadaqah'.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما قَال: «فَرَضَ رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعَاً مِنْ تَمرٍ أَوْ صَاعاً مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالكَبِيرِ مِنَ المسْلِمِينَ وَأَمَرَ بها أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلى الصَّلاةِ» رَوَاهُ الشَّيْخَان[6]
Dari Ibn Umar ra. berkata: 'Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitri sebanyak satu sha' kurma atau gandung terhadap hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil, dan orang dewasa kaum muslim. dan Rasul memerintahkan untuk menunaikannya sebelum orang-orang keluar (rumah) untuk shalat 'ia'. (Syaikhan)

وَفي رِوَايَةٍ لِلْبُخَاري قَالَ نَافِعٌ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالى: «فَكَانَ ابْنُ عَمَرَ يُعْطِي عَنِ الصَّغِيرِ وَالكَبِيرِ حَتَى إِنْ كَانَ يُعْطِي عَنْ بَنِيَّ، وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَها، وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَين»[7]
Dalam riwayat Al-Bukhari, Nafi' ra. berkata; "Ibnu Umar memberikan Zakat Fitri dari anak kecil dan orang dewasa sampai dia memberikan kepada anakku, dan Ibnu Umar memberikan zakat fitri kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dan mereka memberikan zakat fitri sehari atau dua hari sebelum hari ‘Idul Fitri".

وَعَنْ أَبي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ - رضي الله عنه - قَال: «كُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعا مِنْ أَقِطٍ أَوْ صَاعا مِنْ زَبِيبٍ» رَوَاهُ الشَّيْخَان[8]
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy ra. berkata: 'kami mengeluarkan zakat fitri sebesar satu sha' makanan atu gandum atau kurma atau keju atau kismis". (Syaikhaan)

وَعَنْ ابْنِ عَبَاسٍ رَضِيَ اللُه عَنْهُما قَال: «فَرَضَ رَسُولُ الله  زَكَاةَ الفِطْرِ طُهْرَةً لِلْصَائِمِ مِنَ الَّلغْوِ والرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِين، مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ» رَوَاهُ أَبو دَاوُدَ وابْنُ مَاجَه[9]
Dari Ibn Abbas ra. berkata: "Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitri sebagai pensuci orang yang shaum dari ucapan yang kotor dan sia-sia, memberi makan kepada orang miskin. siapa yang menunaikannya sebelum shalat 'id, maka itulah zakat yang diterima. dan siapa yang menunaikannya setelah shalat 'id, maka itu merupakan salah satu shadaqah". (Abu Daud dan Ibn Majah)


[1]  القاموس المحيط والمصباح ولسان العرب مادة : ( زكو ) .
[2] كشاف القناع ٢ / ٢٤٥ ، ومغني المحتاج ١ / ٤٠١ .
[3]  راجع حاشية الشبلي على الزيلعي ، وشرح الزيلعي ١ / ٣٠٦ ، ونيل المآرب ١ / ٢٥٥ ط الفلاح .
[4] المغني ٣ / ٥٦ .
[5] حديث ابن عباس : " فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر طهرة للصائم " . أخرجه أبو داود ( 2 / 262 - 263 - تحقيق عزت عبيد دعاس ) وحسنه النووي في المجموع (٦ / ١٦٢ - ط المنيرية ) .
[6] رواه البخاري (١٤٣٢) ومسلم (٩٢٤).
[7] هذه الرواية للبخاري (١٤٤٠).
[8] رواه البخاري (١٤٣٥) ومسلم (٩۸٥).
[9] رواه أبو داود (١٦٠٩) وابن ماجه (١۸٣٧) وصححه الحاكم وقال: على شرط البخاري (١ /٥٦۸) وحسنه الألباني في صحيح سنن أبي داود.

Jumat, 10 Agustus 2012

Madrasah Ramadhan pertemuan ke-tujuh


ليلة القدر
التَّعْرِيفُ :
لَيْلَةُ الْقَدْرِ تَتَرَكَّبُ مِنْ لَفْظَيْنِ:
أَوَّلُهُمَا: لَيْلَةٌ وَهِيَ فِي اللُّغَةِ: مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ، وَيُقَابِلُهَا النَّهَارُ. وَلاَ يَخْرُجُ الْمَعْنَى الاِصْطِلاَحِيُّ لَهُ عَنِ الْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ[1].
Definisi;
Lailah Al-qadr terdiri dari dua lafadz;
pertama,  لَيْلَةٌ yang secara bahasa berarti; waktu dari terbenamnya matahari sampai terbit fajar, antonim dari kata النَّهَارُ (siang), adapun makna secara istilahnya sama dengan makna secara bahasanya.
وَثَانِيهِمَا: الْقَدْرُ، وَمِنْ مَعَانِي الْقَدْرِ فِي اللُّغَةِ: الشَّرَفُ وَالْوَقَارُ، وَمَنْ مَعَانِيهِ: الْحُكْمُ وَالْقَضَاءُ وَالتَّضْيِيقُ. وَاخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي الْمُرَادِ مِنَ الْقَدْرِ الَّذِي أُضِيفَتْ إِلَيْهِ اللَّيْلَةُ فَقِيل: الْمُرَادُ بِهِ التَّعْظِيمُ وَالتَّشْرِيفُ، وَمِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ }[2]، وَالْمَعْنَى: أَنَّهَا لَيْلَةٌ ذَاتُ قَدْرٍ وَشَرَفٍ لِنُزُول الْقُرْآنِ فِيهَا، وَلِمَا يَقَعُ فِيهَا مِنْ تَنَزُّل الْمَلاَئِكَةِ، أَوْ لِمَا يَنْزِل فِيهَا مِنَ الْبَرَكَةِ وَالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ، أَوْ أَنَّ الَّذِي يُحْيِيهَا يَصِيرُ ذَا قَدْرٍ وَشَرَفٍ.
kedua, الْقَدْرُ diantara makna-makna الْقَدْرُ secara bahasa; kemulyaan, wibawa, hukum, ketetapan dan penindasan. para ahli fikih berbeda faham tentang  maksud الْقَدْرُ yang diidafatkan ke لَيْلَةٌ, dikatakan bahwa yang dimaksud al-qadr (diidafatkan ke  لَيْلَة)  adalah keagungan dan kemuliaan. sebagaimana firman-Nya; "dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya".  hal ini mengandung makna bahwa lailah al-qadr merupakan suatu malam yang memiliki keagungan dan kemuliaan karena pada malam ini Al-Quran diturunkan, juga karena turunnya malaikat, turun juga pada malam ini keberkahan, rahmat dan ampunan. dan karena orang yang menghidupkan malam ini memiliki keagungan dan kemuliaan.
وَقِيل: مَعْنَى الْقَدْرِ هُنَا التَّضْيِيقُ كَمِثْل قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ}[3] وَمَعْنَى التَّضْيِيقِ فِيهَا إِخْفَاؤُهَا عَنِ الْعِلْمِ بِتَعْيِينِهَا، أَوْ لأنَّ الأرْضَ تَضِيقُ فِيهَا عَنِ الْمَلاَئِكَةِ، وَقِيل: الْقَدْرُ هُنَا بِمَعْنَى الْقَدَرِ -بِفَتْحِ الدَّال- وَهُوَ مُؤَاخِي الْقَضَاءِ: أَيْ بِمَعْنَى الْحُكْمِ وَالْفَصْل وَالْقَضَاءِ، قَال الْعُلَمَاءُ: سُمِّيَتْ لَيْلَةُ الْقَدْرِ لِمَا تَكْتُبُ فِيهَا الْمَلاَئِكَةُ مِنَ الأرْزَاقِ وَالآْجَال وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا سَيَقَعُ فِي هَذِهِ السَّنَةِ بِأَمْرٍ مِنَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ لَهُمْ بِذَلِكَ ، وَذَلِكَ مَا يَدُل عَلَيْهِ قَوْل اللَّهِ تَعَالَى: {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُل أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ}[4]، حَيْثُ ذَهَبَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ إِلَى أَنَّ اللَّيْلَةَ الْمُبَارَكَةَ الْوَارِدَةَ فِي هَذِهِ الآْيَةِ هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ، وَلَيْسَتْ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ كَمَا ذَهَبَ إِلَيْهِ بَعْضُ الْمُفَسِّرِينَ[5].
Dikatakan pula;  makna  الْقَدْرُ disini adalah التَّضْيِيقُ (penindasan) sebagaimana firman Allah SWT: "dan siapa yang mampu memberi nafkahnya". makna التَّضْيِيقُ dalam konteks ini berarti merahasiakan pengetahuan tentang ketentuan malam tersebut, ataukarena bumi menjadi sempit karena turunnya malaikat. menurut pendapat lain makna الْقَدْرُ disini juga bermakna ukuran (dengan membaca fathah pada huruf dal) semakna dengan  الْقَضَاءِ yang berarti hukum, keputusan dan ketetapan. para ulama berpendapat bahwa dinamai lailah al-qadr karena pada malam ini malaikat menentukan/ mencatat rizki, ajal dan lain sebagainya, yang akan terjadi pada tahun ini sesuai dengan perintah Allah SWT, hal ini sebagaimana tersebut dalam ayat: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul".
mayoritas ulama berpendapat bahwa malam yang diberkahi disini berarti lailah al-qadr, bukan malam pertengahan sya'ban sebgaimana yang dipaparkan sebagaian mufassir.
قَال ابْنُ قُدَامَةَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ هِيَ لَيْلَةٌ شَرِيفَةٌ مُبَارَكَةٌ مُعَظَّمَةٌ مُفَضَّلَةٌ ثُمَّ قَال: وَقِيل: إِنَّمَا سُمِّيَتْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لأنَّهُ يُقَدَّرُ فِيهَا مَا يَكُونُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ مِنْ خَيْرٍ وَمُصِيبَةٍ، وَرِزْقٍ وَبَرَكَةٍ[6].
Ibn Al-Qudamah berpendapat; lailah al-qadr merupakan suatu  malam yang mulia diberkahi diagungkan dan diutamakan, lalu ia berkata: dikatakan bahwa dinamai lailah al-qadr karena pada malam tersebut ditetapkannya kejadian tahun ini baik berupa kebaikan maupun mushibah, rizki maupun berkah.
فضلُ ليلةِ القدر
قَالَ اللهُ تَعَالَى: [إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ(٣) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ(٤)] {الدُخان}.
وقَالَ تَعَالَى: [إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ(١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ القَدْرِ(٢) لَيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(٣) تَنَزَّلُ المَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الفَجْرِ(٥)] {القدر}.
وعَنْ أَبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم: «مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَاناً واحتِسَاباً غُفِرَ لهُ مَا تَقدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» رَوَاهُ الشَيْخَان[7]
وفي لَفْظٍ: «مَنْ قَامَ لَيْلةَ القَدرِ إيماناً واحتِسَاباً غُفِرَ له مَا تَقَدَّمَ من ذَنبِهِ»[8]
وعَنْ أَبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- أَنَّ رَسُولَ صلى الله عليه و سلم قَالَ في لَيْلَةِ القَدْرِ: «إنَّهَا لَيْلَةُ سَابعةٍ أو تَاسِعَةٍ وعِشْرِينَ إِنَّ الملائِكَةَ تِلْكَ اللَّيلةَ في الأرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الحَصَى» [9]
Keutamaan lailah al-qadr
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah". (Ad-Dukhan: 3-4)
Allah SWT juga berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar". (Al-Qadr: 1-5)
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:"siapa yang menghidupkan lailah al-qadr karena keimanan dan mengharap rido Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu". (H. R. Syaikhan)
dalam riwayat lain dengan lafadz : مَنْ قَامَ لَيْلةَ القَدرِ إيماناً واحتِسَاباً غُفِرَ له مَا تَقَدَّمَ من ذَنبِهِ
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang lailah -qadr: "lailah al-qadr itu ada di malam ke 17  atau 19, sungguh pada malam itu malaikat di bumi lebih banyak dari pada batu kerikil".
اخْتِصَاصُ الأمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَاصَّةٌ بِالأمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَلَمْ تَكُنْ فِي الأمَمِ السَّابِقَةِ[10]، وَاسْتَدَلُّوا بِمَا رُوِيَ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ: أَنَّهُ سَمِعَ مَنْ يَثِقُ بِهِ مِنْ أَهْل الْعِلْمِ يَقُول: إِنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ، أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ ، فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لاَ يَبْلُغُوا مِنَ الْعَمَل مِثْل الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُول الْعُمُرِ، فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ[11]، وَبِمَا رُوِيَ: أَنَّ رَجُلاً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيل لَبِسَ السِّلاَحَ فِي سَبِيل اللَّهِ تَعَالَى أَلْفَ شَهْرٍ فَعَجِبَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ ذَلِكَ فَأَنْزَل اللَّهُ عَزَّ وَجَل: {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ}[12].
Keistimewaan ummat Muhammad dengan lailah al-qadr
Jumhur ahli fikih berpendapat bahwa lailah al-qadr khusus hanya ada pada ummat Muhammad, tidak ada pada ummat sebelumnya.  mereka berdalih dengan hadits yang diriwayatkan dari Malik Ibn Anas ra.: bahwa ia mendengar seseorang yang diyakini ahli ilmu berkata: sesungguhnya diperlihatkan kepada Rasulullah SAW kehidupan ummat-ummat sebelum beliau, atau sesuatu yang Allah kehendaki dari hal tersebut. seolah-olah berkurang kehidupan ummatnya, bahwa tidak mereka sampai mengerjakan suatu amalan sebagaimana sampainya yang lain (kaum sebelumnya) karena panjangnya umur mereka. lalu Allah memberikan lailah al-qadr kepada Nabi yang merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan, karena itu diriwayatkan: bahwa dua orang bani israil mengenakan baju besi di jalan Allah selama seribu bulanm maka orang-orang muslim sangat takjub mendengar hal tersebut, lalu Allah menurunkan ayat: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan".
وَذَهَبَ بَعْضُهُمْ إِلَى أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ كَانَتْ فِي الأمَمِ السَّابِقَةِ وَاحْتَجُّوا بِحَدِيثِ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَفِيهِ : قُلْتُ : يَا رَسُول اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفِي كُل رَمَضَانَ هِيَ ؟ قَال : نَعَمْ . قُلْتُ : أَفَتَكُونُ مَعَ الأنْبِيَاءِ فَإِذَا رَفَعُوا رُفِعَتْ أَوْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ؟ قَال : بَل هِيَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ[13].
sebagian yang lain mengatakan bahwa: lailah al-qadr sudah ada pada ummat terdahulu, mereka berhujjah dengan hadits Abu Dzar ra.: "aku bertanya: ya Rasulullah, beritahu aku tentang lailah al-qadr, apakah ia ada pada setiap Ramadhan?". Rasul menjawab: "ya". aku bertanya lagi: "apakah ia ada selagi para nabi ada, ketika mereka diangkat maka lailah al-qadr-pun diangkat atau sampai hari qiyamat?". Rasul menjawab: "ya, ia ada sampai hari qiyamat".
التماسُ ليلةِ القَدْرِ في السبعِ الأواخر
عَن ابنِ عُمَرَ رَضيَ الله عَنْهُما أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبيِّ صلى الله عليه و سلم أُرُوُا لَيْلَةَ القَدْرِ في السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم: «أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ في السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِيْها فَلْيَتَحَرَاها في السَّبْع الأَوَاخِر» متفق عليه.
وفي رواية: «التَمِسُوهَا في العَشْرِ الأَوَاخِر، فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلا يُغْلَبَنَّ على السَّبْع البَواقِي».
وفي رواية: «تَحَرُّوا لَيْلَةَ القَدْرِ في السَّبْعِ الأَوَاخِر»[14]
Lailah al-qadr bertepatan dengan 7  hari terakhir
Dari Ibn Umar ra.: bahwa dua orang sahabat Nabi SAW berpendapat lailah al-qadr terjadi pada 7 hari terakhir, lalu Rasul bersabda: "aku menyaksikan pendapat kalian berdua bahwa lailah al-qadr bertepatan dengan 7  hari terakhir, maka siapa yang -------------- hendaklah------ di7   hari terakhir". (Muttafaq 'alaih)
dalam sebuah riwayat: "carilah lailah al-qadr pada 10 hari terakhir, jika salah seorang diantara kalian lemah atau tak kuasa, maka tidak akan sampai pada 7  keutamaan".
dalam riwayat lain dikatakan pula: "mereka menggenapkan lailah al-qadr pada 7  hari terakhir".
التماسُ ليلةِ القَدْرِ في الأوتار
عَنْ عُبَادَةَ بنِ الصامتِ ( قَالَ: «خَرَجَ النَّبيُّ  لِيُخْبرَنا بلَيْلَةِ القَدْرِ فَتَلاحَى رَجُلانِ من المُسلِمِين، فقَالَ: خَرجْتُ لأُخْبِرَكُم بلَيْلَةِ القَدْرِ فَتلاحَى فُلانٌ وفُلان، فَرُفِعَتْ، وعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيرَاً لَكُم، فَالتَمِسُوها في التَّاسِعَةِ والسَّابِعةِ والخَامِسَة»[15]
Lailah al-qadr bertepatan dengan hari-hari ganjil
Dari Ubadah ibn Shamit ra. berkata: "Nabi SAW keluar hendak memberitahukan kami tentang lailah al-qadr, lalu dua orang muslim saling bertengkar. Nabi berkata: "aku keluar  untuk memberitahukan kalian tentang lailah al-qadr, lalu dua orang bertengkar si pulan dan si pulan, maka dilupakan/ diangkat (pengetahuan tentang lailah al-qadr), semoga ini menjadi kebaikan bagi kalian, temui ia pada hari ke 7 , 9  dan 5”.
وَعَنْ أَبي سَعيدٍ الخُدريِّ ( قَالَ: «اعْتَكَفَ رَسُولُ الله  العَشرَ الأَوسَطَ من رَمَضَانَ يَلتَمِسُ لَيْلَةَ القَدْرِ قَبلَ أَنْ تُبَانَ لَه، فلَمَّا انْقَضَينَ أَمَرَ بالبِنَاءِ فقُوِّض، ثم أُبِينَت له أنَّها في الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ، فأَمَر بالبِنَاءِ فأُعِيدَ، ثمَّ خَرَجَ على النَّاسِ فقال: يا أيُّها النَّاس: إنَّها كَانَت أُبِينَت لي لَيْلَةُ القَدْرِ، وإنِّي خَرَجْتُ لأُخبِرَكُم بها، فَجَاءَ رَجُلانِ يَحْتَقَّانِ - أي: يَخْتَصِمان- مَعَهُما الشَّيطَانُ، فَنُسِّيتُها فَالتَمِسُوها في الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ من رمَضَان، فالتَمِسُوها في التَّاسِعَةِ والسَّابِعَةِ والخَامِسَة»[16]
Dari Ubadah ibn shamit ra. berkata: "Nabi SAW keluar hendak memberitahukan kami tentang lailah al-qadr, lalu dua orang muslim saling bertengkar. Nabi berkata: "aku keluar  untuk memberitahukan kalian tentang lailah al-qadr, lalu dua orang bertengkar si pulan dan si pulan, maka dilupakan/ diangkat (pengetahuan tentang lailah al-qadr), semoga ini menjadi kebaikan bagi kalian, temui ia pada hari ke 7 ,9  dan 5".
Dari Abi Sa'id Al-Khudriy ra. berkata: Rasulullah SAW beri'tikaf pada 10  hari pertengahan ramadhan, beliau menemui lailah al-qadr sebelum jelas baginya, katika telah berlalu beliau memerintahkan untuk membuat kemah lalu Nabi merobohkannya, kemudian dibuat kembali kemah untuk Nabi pada10  hari terakhir, lalu Nabi memerintahkan untuk membuat kembali, lalu Nabi keluar kepada orang-orang sambil berkata: "wahai manusia, sungguh telah jelas bagiku bahwa ia (lailah al-qadr) pada 10 hari terakhir, dan aku keluar untuk memberitahukan kalian hal ini, lalu datang dua orang yang mengaku berhak -yakni saling bertengkar-  syetan ada bersama mereka. lalu aku dilupakan maka carilah lailah al-qadr pada 10 hari terakhir ramadhan, temuilah ia pada hari ke9 , 7 dan 5”.
الدعاءُ ليلةَ القدر
عَنْ عَائشةَ رَضيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: قُلتُ: «يا رَسولَ الله، أَرأَيتَ إنْ عَلِمْتُ أيَّ ليلَةٍ ليلَةَ القدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قولي: اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ كَريمٌ تُحبُّ العَفوَ فَاعْفُ عنِّي» رَوَاهُ التِرمِذيُّ وقَالَ: هَذا حَديثٌ حَسَنٌ صَحيحٌ[17]
Do'a lailah al-qadr
Dari A'isyah ra. berkata: aku bertanya: "ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui kapan lailah al-qadr itu, apa yang harus aku do'akan pada malam tersebut?". Rasul menjawab: "berdo'alah: اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ كَريمٌ تُحبُّ العَفوَ فَاعْفُ عنِّي (ya Allah, sungguh Engkaulah yang maha pemaaf  yang maha mulia dan menyukai memaafkan, maka maafkanlah aku)". (H. R. Tirmidzi, ia berkata: ini hadits hasan yang shahih)
كِتْمَانُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِمَنْ رَأَى لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَنْ يَكْتُمَهَا[18].
وَالْحِكْمَةُ فِي كِتْمَانِهَا كَمَا ذَكَرَهَا ابْنُ حَجَرٍ نَقْلاً عَنِ الْحَاوِي أَنَّهَا كَرَامَةٌ وَالْكَرَامَةُ يَنْبَغِي كِتْمَانُهَا بِلاَ خِلاَفٍ بَيْنَ أَهْل الطَّرِيقِ مِنْ جِهَةِ رُؤْيَةِ النَّفْسِ، فَلاَ يَأْمَنُ السَّلْبَ، وَمَنْ جِهَةٍ أَنْ لاَ يَأْمَنَ الرِّيَاءَ ، وَمَنْ جِهَةِ الأدَبِ فَلاَ يَتَشَاغَل عَنِ الشُّكْرِ لِلَّهِ بِالنَّظَرِ إِلَيْهَا وَذِكْرِهَا لِلنَّاسِ، وَمَنْ جِهَةٍ أَنَّهُ لاَ يَأْمَنُ الْحَسَدَ فَيُوقِعُ غَيْرَهُ فِي الْمَحْذُورِ .
Merahasiakan lailah al-qadr
Para ulama bersepakat bahwa siapa yang melihat lailah al-qadr dianjurkan untuk menrahasiakannya.
hikmah dari merahasiakannya, sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar yang menukil dari kitab Al-Haawi bahwa: lailah al-qadr merupakan suatu kemuliaan, maka kemuliaan mesti dirahasiakan tanpa terkecuali diantara para pejalan kaki dari aspek pendapat pribadi, maka tidak aman merampas, dari aspek lain; tidak aman riya, dari aspek adab; tidak diperkenankan ribut dari bersyukur kepada Allah dengan memperhatikan  lailah al-qadr dan mengingatnya kepada manusia. dan dari aspek lain juga tidak diperkennkan hasud, sehingga yang lainnya terkena bahaya.
قَال ابْنُ حَجَرٍ الْعَسْقَلاَنِيُّ[19]:
وَيُسْتَأْنَسُ لَهُ بِقَوْل يَعْقُوبَ عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لاِبْنِهِ يُوسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ {يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ}[20].
Ibnu Hajar Al-Asqalaniy berkata: diperdengarkan ucapan Ya'kub as. kepada anaknya Yusuf as.:
يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ  (wahai anakku, jangan engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia).



[1] المصباح المنير ، والمفردات .
[2]  سورة الزمر / ٦٧ .
[3] سورة الطلاق / ٧ .
[4] سورة الدخان / ٣ - ٥
[5] المصباح المنير ، والمفردات ، وفتح الباري ٤ / ٢٥٥ ، ودليل الفالحين ٣ / ٦٤٩ ، والمجموع للنووي ٦ / ٤٤٧ ، والمغني لابن قدامة ٣ / ١٧٩ .
[6] المغني ٣ / ١٧۸ .
[7] رواه البخاري (٣٥) ومسلم (٧٦٠).
[8] هذا اللفظ للبخاري (١۸٠٦) ومسلم (٧٦٠).
[9] رَواهُ أَحْمَد رواه أحمد (٢ / ٥١٩) والطيالسي (٢٥٤٥) وصححه ابن خزيمة (٢١٤٩).
[10] فتح الباري ٤ / ٢٦٣ ، والمجموع ٦ / ٤٤٧ - ٤٤۸ ، والفواكه الدواني ١ / ٣٧۸ .
[11] حديث : " أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أري أعمار الناس قبله . . . " . أورده الإمام مالك في الموطأ ( ١ / ٣٢١ ) بلاغًا .
[12] حديث : " أن رجلاً من بني إسرائيل لبس السلاح في سبيل الله . . . " . أخرجه البيهقي (٤ / ٣٠٦ ) وأعله بالإرسال .
[13] حديث أبي ذر : " يا رسول الله : أخبرني عن ليلة القدر . . . " . أخرجه النسائي في الكبرى (٢ / ٢٧۸ ) .
[14] رواه البخاري (١٩١١) ومسلم (١١٦٥) والروايتان الأخريان لمسلم.
[15] رواه البخاري (١٩١٩) والنسائي في الكبرى (٣٣٩٤) وأحمد (٥ / ٣١٣).
[16] رواه الشيخان واللفظ لمسلم رواه البخاري (١٩١٢) ومسلم (١١٦٧) وما بين الحاصرتين مني وليس من الحديث.
[17] رواه الترمذي (٣٥١٣) وابن ماجه (٣۸٥٠) والنسائي في الكبرى (١٠٧٠۸) وأحمد (٦ /١٧١) وصححه الحاكم وقَالَ: على شرط الشيخين (١ /٧١٢).
[18] فتح الباري ٤ / ٢٦۸ ، والمجموع ٦ / ٤٦١ ، وابن عابدين ٢ / ١٣٧ .
[19] فتح الباري ٤ / ٢٦۸ .
[20] سورة يوسف / ٥ .