صوم رمضان
التَّعْرِيفُ
:
الصَّوْمُ
فِي اللُّغَةِ : الإمْسَاكُ مُطْلَقًا عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْكَلاَمِ
وَالنِّكَاحِ وَالسَّيْرِ. قَال تَعَالَى - حِكَايَةً عَنْ مَرْيَمَ عَلَيْهَا
السَّلَامُ { إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ
إِنْسِيًّا }[1].
وَالصَّوْمُ
: مَصْدَرُ صَامَ يَصُومُ صَوْمًا وَصِيَامًا[2].
وَفِي الاِصْطِلاَحِ
: هُوَ الإمْسَاكُ عَنِ الْمُفْطِرِ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوصٍ[3].
Shaum RamadhanDefinisi:
secara etimologi: menahan secara mutkaq dari makan, minum, berbicara, nikah dan bepergian. sebagaimana firman Allah SWT dalam kisah Maryam 'alaihi as-salam: "sungguh aku bernadzar kepada Yang Maha Penyayang untuk Shaum (menahan), maka pada hari ini aku tidak akan berbicara kepada manusia". kata الصَّوْمُ merupakan masdhar dari صَامَ يَصُومُ صَوْمًا وَصِيَامًا.
secara terminologi: shaum berarti menahan dari yang membatalkan dengan cara tertentu.
الْحُكْمُ
التَّكْلِيفِيُّ :
أَجْمَعَتِ
الأمَّةُ عَلَى أَنَّ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَرْضٌ . وَالدَّلِيل عَلَى
الْفَرْضِيَّةِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَالإجْمَاعُ .أَمَّا الْكِتَابُ،
فَقَوْلُهُ تَعَالَى: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}[4]
وَقَوْلُهُ { كُتِبَ عَلَيْكُمْ } : أَيْ فُرِضَ .
وقَوْله
تَعَالَى: { فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ }[5] .
وَأَمَّا السُّنَّةُ
، فَحَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَال : قَال رَسُول
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ :
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُول اللَّهِ ،
وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ[6].
Dasar hukum:
Ummat islam telah bersepakat bahwa shaum Ramadhan hukumnya fardu. berdasarkan dalil dari Al-Quran, As-Sunnah dan ijma'.
dalam Al-Quran disebutkan: "wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian shiyam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa". kata كُتِبَ عَلَيْكُمْ bermakna diwajibkan.
juga firman-Nya: "siapa diantara kalian menyaksikan bulan, maka shaumlah".
Dalam as-sunah, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar ra. berkata: telah bersadba Rasulullah SAW: " islam dibangun diatas lima pondasi: bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan shaum Ramadhan".
مراحلُ فَرْضِ
الصيام
وفي
رِوايةٍ لأَحمد: «وَأَما أَحْوَالُ الصِّيامِ فإِنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه و
سلم قَدِمَ المدِينةَ فَجَعَلَ يَصُومُ
مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيامٍ - وَقَالَ يَزِيدُ بنُ هَارُون: فَصَامَ
تِسْعَةَ عَشَرَ شَهْراً مِنْ رَبيعٍ الأَولِ إِلى رَمَضَانَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
ثَلاثَةَ أَيامٍ - وَصَامَ يَوْمَ عَاشُورَاء، ثُم إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ
فَرَضَ عَلَيهِ الصِّيامَ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ [يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ] إِلى هَذِهِ الآيةِ [وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ
مِسْكِينٍ] قَالَ: فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَطْعَمَ مِسْكيناً،
فَأَجْزَأَ ذَلكَ عنه، قَالَ: ثُم إِن اللهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْزَلَ الآيَةَ
الأُخْرَى [شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ القُرْآَنُ] إِلى قَوْلِهِ [فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ] قَالَ: فَأَثْبَتَ اللهُ صِيامَهُ على
المقِيمِ الصَّحِيحِ، وَرَخَّصَ فيهِ لِلْمَريضِ والمسَافِرِ، وثَبَتَ الإِطْعَامُ
لِلكَبيرِ الَّذِي لا يَسْتَطِيعُ الصِّيامَ، فَهَذَانِ حَوْلان، قَالَ: وكَانُوا
يَأْكُلونَ ويَشْرَبُونَ ويَأْتُونَ النِّسَاءَ ما لم يَنَامُوا، فإِذا نَامُوا
امْتَنَعُوا، قَالَ: ثُم إِنَّ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ يُقَالُ له: صِرْمَة
ظَلَّ يَعْمَلُ صَائِماً حتَّى أَمْسَى، فَجَاءَ إِلى أَهْلِهِ فَصَلَّى
العِشَاءَ، ثُم نَام فَلَم يَأْكُل ولم يَشْرَبْ حَتَّى أَصْبَح، فَأَصْبَحَ
صَائِماً، قَالَ: فَرَآهُ رَسُولُ صلى الله عليه و سلم وقَدْ جُهِدَ جَهْداً شَدِيداً قَالَ: مَالي
أَرَاكَ قَدْ جُهِدْتَ جَهْداً شَدِيداً؟ قَالَ: يا رَسُولَ الله، إِنِّي عَمِلْتُ
أَمْسِ فَجِئْتُ حِينَ جِئْتُ فَأَلْقَيتُ نَفْسي، فَنِمْتُ وَأَصْبَحْتُ حِينَ
أَصْبَحْتُ صَائِماً، قَالَ: وَكَانَ عُمَرُ قَدْ أَصَابَ مِنْ النِّسَاءِ مِنْ
جَارِيَةٍ أَو مِنْ حُرَّةٍ بَعْدَما نَامَ، وَأَتَى النَّبيَّ صلى الله عليه و
سلم فَذَكَرَ ذَلكَ له، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ [أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ
الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ] إِلى قَوْلِه: [ثُمَّ أَتِمُّوا
الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ]».
Tahapan wajibnya shaum
Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad dikatakan: "adapun ketika shaum, Rasulullah SAW tiba di Madinah. lalu beliau shaum selama tiga hari setiap bulannya. adapun Yazid Ibn Harun mengungkapkan bahwa: Nabi melaksanakan shaum selama 19 bulan, yakni dari bulan rabi'ul awwal sampai ramadhan, setiap bulannya beliau shaum selama 3 hari, dan nabi-pun shaum pada hari a'syura' (10 muharram). Allah-pun mewajibkannya shaum dengan turunnya ayat: "wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan shaum terhadap kalian, sebagaimana diwajibkannya kepada orang-orang sebelum kalian". sampai ayat ini; "dan bagi orang yang tidak mampu diganti fidyah dengan memberi makan kepada orang miskin". Nabi bersabda: maka siapa yang mampu shaumlah, dan siapa yang tidak hendaknya memberi makan orang miskin (fidyah), karena hal tersebut diperbolehkan. Nabi mengungkapkan pula sebuah ayat: "bulan ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Quran". sampai ayat: "siapa yang menyaksikan bulan maka hendaknya shaum". Nabi menambahkan: Allah telah mewajibkan shaum untuk orang mukim (tidak sedang bepergian) lagi sehat, adapun untuk yang sedang sakit dan safar Allah memberi keringanan (untuk tidak shaum), dan untuk orang lanjut usia yang tidak lagi mampu shaum diganti dengan memberi makan, inilah dua keadaan orang yang shaum. Nabi berkata: mereka (para sahabat) makan, minum dan berjima selama mereka belum tidur, dan ketika tidur mereka tidak melakukan hal-hal tersebut. Nabi melanjutkan: kemudian seorang laki-laki kaum anshar berkata; ada seseorang yang senantiasa terusmenerus shaum sampai sore, ia mendatangi keluarganya lalu shalat isya dan tidur, ia tidak makan dan minum sampai subuh, dan ketika subuh ia kembali shaum. Yazid ibn Harun berkata: Rasulullah SAW melihat orang tersebut dalam keadaan sangat payah. Rasul-pun bertanya: "kenapa kamu terlihat sangat payah?". ia menjawab: "ya Rasulallah, sungguh aku shaum sampai sore, lalu aku tiba dan aku menemui keluargaku, aku tidur dan ketika subuh aku telah saum kembali". Yazib derkata: adapun Umar menemui isterinya yang seorang hamba atau yang merdeka setelah tidur, lalu datanglah Nabi SAW dan mengingatkan hal tersebut kepadanya. lalu turunlah ayat: "dihalalkan bagi pada malam shaum kalian mendatangi istri-istri kalian". sampai ayat: "kemudian, sempurnakanlah shaum sampai malam".
فَضْل
الصَّوْمِ:
وَرَدَتْ
فِي فَضْل الصَّوْمِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ ، نَذْكُرُ مِنْهَا مَا يَلِي :
أ
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ[7].
ب
- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَال : كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُومِ
رَمَضَانَ ، يَقُول : قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ ،
كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ،
وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَل فِيهِ الشَّيَاطِينُ ، فِيهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ[8].
ج
- وَعَنْ سَهْل بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا ، يُقَال لَهُ:
الرَّيَّانُ ، يَدْخُل مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُل
مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَال : أَيْنَ الصَّائِمُونَ ؟ فَيَقُومُونَ ، لاَ
يَدْخُل مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُل
مِنْهُ أَحَدٌ[9].
د - وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال : قَال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَل عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ
انْسَلَخَ قَبْل أَنْ يُغْفَرَ لَهُ[10].
Keutamaan shaumTerkait keutamaan shaum, banyak hadits yang menerangkan hal ini, diantaranya:
1. dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW beliau bersabda: "siapa yang shaum pada bulan ramadhan karena iman dan mengharap rido Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. dan siapa yang menghidupkan lailatul qadr karena iman dan mengharap riso-Nya, niscaya diampuni dosanya yang terdahulu,
2. dari Abu Hurairah ra. ia berkata: adalah Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para shahabat dengan datangnya bulan ramadhan, Nabi bersabda: "telah datang kepada kalian bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan shaum pada bulan tersebut, pintu-pintu surga dibukakan, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu. pada bulan tersebut terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan".
3. dari Sahl ibn Sa'ad ra. dari Nabi SAW bersabda: sungguh, dalam surga terdapat suatu pintu yang dinamai Ar-Rayyan, orang-orang yang shaun masuk ke dalamnya pada hari qiyamat, tak ada seotangpun yang masuk kecuali mereka. dipanggilah: mana oran-orang yang shaum?, lalu mereka berdiri, tak ada seorangpun yang masuk kecuali mereka, ketika mereka telah masuk ditutuplah pintu, maka tidak akan ada yang bisa masuk seorangpun".
4. dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW telah bersbada: "celakalah bagi orang yang telah datang bulan ramadhan sampai selesai, sebelum ia memohon ampunan kepada Allah".
آدابُ الصيام
عَنْ
أَبي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - أَنَّ رَسُولَ صلى الله عليه و سلم قَالَ:
«الصِّيامُ جُنَّةٌ، فإذا كَانَ أَحَدُكُم صَائِماً فلا يَرْفُثْ ولا يَجهَلْ،
فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَه فَلْيَقُلْ: إنِّي صَائِمٌ، إني صَائِم» رواه الشيخان[11]
وفي
رِوايَةٍ: «وإِذا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فلا يَرفُثْ ولا يَصْخَبْ فَإِنْ
سَابَّهُ أَحَدٌ أو قَاتَلَه فَلْيَقُلْ: إنِّي امْرؤٌ صَائِم»[12].
وفي
رِوايَةٍ: «لا تُسَابَّ وَأَنْتَ صَائِمٌ، وَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ فقُلْ: إنِّي
صَائِم، وَإِنْ كُنتَ قَائِماً فاجْلِس».[13]
وعَنْ أَبي
هُرَيْرَةَ ( قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم: «مَنْ لَم يَدَعْ
قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيسَ لله حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وشَرَابَهُ» رواه البخاري.[14]
Adab shaumDari Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "shaum itu merupakan perisai, maka ketika salah seorang diantara kalian shaum janganlah berkata kotor dan berbuat bodoh, jika seseorang mencacinya hendaklah mengatakan: "aku sedang shaum, aku sedang shaum". (H. R. Syaikhaan)
dalam riwayat lain dikatakan: "ketika seseorang diantara kamu shaum, janganlah berkata kotor dan berteriak, jika seseorang mengajaknya bertengkar hendaklah mengatakan: "sungguh aku adalah seorang yang shaum".
dalam riwayat lain pula dikatakan: "janganlah berkata kasar sedangkan kamu shaum, jika seseorang mencelamu katakanlah: "aku sedang shaum". dan jika kamu sedang berdiri maka duduklah".
dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: "siapa yang tidak meninggalkan perkataan kotor dan melakukannya, serta berbuat bodoh. maka Allah tidak memiliki keperluan bahwa dia meninggalkan makan dan minumnya". (H. R. Bukhari)
Keutamaan menyegerakan berbukaAllah SWT bersabda: "kemudian sempurnakanlah shaum sampai waktu malam".
Dari Sahl ibn Sa'ad ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "manusia senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka". (H. R. Syaikhaan)
dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan: Rasulullah SAW bersabda: "manusia senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka, maka segerakanlah berbuka, karena orang yahudi mengakhirkan berbuka". (Sunan Ibnu Majah: 1698)
dalam riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban : " agama akan senantiasa nyata selama manusia menyegerakan berbuka, karena orang yahudi dan nashrani senantiasa mengakhirkannya".
dari Anas ra. berkata: "aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW shalat maghrib sampai ia berbuka dahulu walaupun dengan minum air".
Keutamaan memberi makan orang yang shaumDari Zaid Al-Juhniy ra. berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: "Siapa yang memberi makan orang yang shaum, baginya pahala seperti orang yang shaum tersebut dengan tanpa mengurangi pahala orang yang shaum sedikitpun". H. R. Tirmidzi, At-Tirmidzi berkata: "hadits ini hasan shahih".
dalan satu riwayat dikatakan pula: "siapa yang memberi makan orang yang shaum, ia memberinya makan dan minum, maka paginya pahala sebagaimana pahalanya orang yang shaum tanpa mengurangi pahala shaumnya sedikitpun".
dalam riwayat lain pula dikatakan: "janganlah berkata kasar sedangkan kamu shaum, jika seseorang mencelamu katakanlah: "aku sedang shaum". dan jika kamu sedang berdiri maka duduklah".
dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: "siapa yang tidak meninggalkan perkataan kotor dan melakukannya, serta berbuat bodoh. maka Allah tidak memiliki keperluan bahwa dia meninggalkan makan dan minumnya". (H. R. Bukhari)
فضلُ
تعجيلِ الفِطْرِ
قَالَ
اللهُ تَعَالَى: [ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ][15]
وعَنْ
سَهْلِ بنِ سَعْدٍ - رضي الله عنه - أَنَّ رَسُولَ الله قَالَ: «لا يَزَالُ
النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلوا الفِطْرَ» رواه الشيخان[16]
وفي
روايةٍ لابنِ مَاجَه: قَالَ رَسُولُ الله: «لا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا
عَجَّلُوا الفِطرَ، عَجِّلُوا الفِطرَ فَإِنَّ اليَهودَ يُؤَخِّرُونَ» سنن
ابن ماجه (١٦٩۸).
وفي روايةٍ لابنِ
خُزْيمَةَ وابنِ حِبَّانَ: «ما يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِراً ما عَجَّلَ النَّاسُ
الفطْرَ، إِنَّ اليَهودَ والنَّصارى يُؤَخِّرُونَ»[17]
وَعَنْ
أَنَسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: «مَا رَأَيْتُ رَسُولَ صلى الله عليه و سلم قَطُ
صَلَّى صَلاةَ المغْرِبِ حَتَّى يُفْطِرَ وَلَو عَلى شَرْبَةٍ مِنْ مَاء»[18]
Keutamaan menyegerakan berbukaAllah SWT bersabda: "kemudian sempurnakanlah shaum sampai waktu malam".
Dari Sahl ibn Sa'ad ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "manusia senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka". (H. R. Syaikhaan)
dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan: Rasulullah SAW bersabda: "manusia senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka, maka segerakanlah berbuka, karena orang yahudi mengakhirkan berbuka". (Sunan Ibnu Majah: 1698)
dalam riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban : " agama akan senantiasa nyata selama manusia menyegerakan berbuka, karena orang yahudi dan nashrani senantiasa mengakhirkannya".
dari Anas ra. berkata: "aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW shalat maghrib sampai ia berbuka dahulu walaupun dengan minum air".
فضلُ
تفطيرِ الصائم
عَنْ
زَيدِ بنِ خَالِدٍ الجُهْنيِّ- رضي الله عنه - قَالَ : قَالَ رَسُولُ صلى الله
عليه و سلم: «مَن فَطَّرَ صَائماً كَانَ له مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لا
يَنقُصُ مِن أَجْرِ الصَّائِمِ شَيئاً» رواه الترمذي وقَالَ: حسن صحيح.[19]
وفي
رِوايةٍ: «مَنْ فَطَّر صَائماً أَطعَمَهُ وسَقَاهُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ
مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيء».[20]
Keutamaan memberi makan orang yang shaumDari Zaid Al-Juhniy ra. berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: "Siapa yang memberi makan orang yang shaum, baginya pahala seperti orang yang shaum tersebut dengan tanpa mengurangi pahala orang yang shaum sedikitpun". H. R. Tirmidzi, At-Tirmidzi berkata: "hadits ini hasan shahih".
dalan satu riwayat dikatakan pula: "siapa yang memberi makan orang yang shaum, ia memberinya makan dan minum, maka paginya pahala sebagaimana pahalanya orang yang shaum tanpa mengurangi pahala shaumnya sedikitpun".
[4] سورة البقرة / ١۸٣، وانظر التفسير المذكور في أحكام القرآن لابن
العربي ( ١ / ٦١ ط : دار المعرفة بيروت ) .
[6] حديث :
" بني الإسلام على خمس . . " . أخرجه البخاري ( الفتح ١ / ٤٩ - ط .
السلفية ) ومسلم ( ١ / ٤٥ ط . الحلبي ) .
[8] حديث أبي هريرة " كان النبي صلى الله عليه وسلم يبشر أصحابه
بقدوم رمضان . . . " . أخرجه أحمد ( ٢ / ٣٨٥ ط الميمنية ) والنسائي ( ٤ / ١٢٩
- ط المكتبة التجارية ) ، وفي إسناده انقطاع ، ولكن له طرقا أخرى تقويه .
[9] حديث سهل بن سعد : " إن في الجنة بابا يقال له الريان . . .
" . أخرجه البخاري ( الفتح ٤ / ١١١ ط السلفية ) ومسلم ( ٢ / ۸٠٨ ط الحلبي ) .
[10] حديث : " رغم أنف رجل دخل عليه رمضان . . . " . أخرجه
الترمذي ( ٥ / ٥٥٠ - ط الحلبي ) وقال : حديث حسن .
[13] هذه
الرواية للنسائي في الكبرى (٣٢٥٩) والطيالسي (٢٣٦٧) وصححها ابن خزيمة (١٩٩٤) وابن
حبان (٣٤۸٣).
[18]رواه أبو يعلى وصححه ابن حبان رواه
أبو يعلى (٣٧٩٢) والبزار (٩٨٤) والبيهقي (٤/٢٣٩) وصححه ابن خزيمة (٢٠٦٣) وابن حبان
(٣٥٠٤-٣٥٠٥) وقال الهيثمي في مجمع الزوائد (٣/١٥٥): ورجال أبي يعلى رجال الصحيح..
[19]رواه الترمذي (٨٠٧) وابن ماجه
(١٧٤٦) والنسائي في الكبرى (٣٣٣٠-٣٣٣١) وصححه ابن خزيمة (٢٠٦٤) وابن حبان
(٢٤٢٩) وجاء موقوفاً على عائشة رضي الله
عنها عند النسائي في الكبرى (٣٣٣٢) وعلى أبي هريرة - رضي الله عنه - عند عبدالرزاق
(٧٩٠٦).