ليلة القدر
التَّعْرِيفُ
:
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ تَتَرَكَّبُ مِنْ لَفْظَيْنِ:
أَوَّلُهُمَا:
لَيْلَةٌ وَهِيَ فِي اللُّغَةِ: مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ،
وَيُقَابِلُهَا النَّهَارُ. وَلاَ يَخْرُجُ الْمَعْنَى الاِصْطِلاَحِيُّ لَهُ عَنِ
الْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ[1].
Definisi;
Lailah Al-qadr terdiri dari dua lafadz;
pertama, لَيْلَةٌ yang secara bahasa berarti; waktu dari terbenamnya
matahari sampai terbit fajar, antonim dari kata النَّهَارُ (siang), adapun makna
secara istilahnya
sama dengan makna secara bahasanya.
وَثَانِيهِمَا:
الْقَدْرُ، وَمِنْ مَعَانِي الْقَدْرِ فِي اللُّغَةِ: الشَّرَفُ وَالْوَقَارُ،
وَمَنْ مَعَانِيهِ: الْحُكْمُ وَالْقَضَاءُ وَالتَّضْيِيقُ. وَاخْتَلَفَ
الْفُقَهَاءُ فِي الْمُرَادِ مِنَ الْقَدْرِ الَّذِي أُضِيفَتْ إِلَيْهِ
اللَّيْلَةُ فَقِيل: الْمُرَادُ بِهِ التَّعْظِيمُ وَالتَّشْرِيفُ، وَمِنْهُ
قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ }[2]،
وَالْمَعْنَى: أَنَّهَا لَيْلَةٌ ذَاتُ قَدْرٍ وَشَرَفٍ لِنُزُول الْقُرْآنِ
فِيهَا، وَلِمَا يَقَعُ فِيهَا مِنْ تَنَزُّل الْمَلاَئِكَةِ، أَوْ لِمَا يَنْزِل
فِيهَا مِنَ الْبَرَكَةِ وَالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ، أَوْ أَنَّ الَّذِي
يُحْيِيهَا يَصِيرُ ذَا قَدْرٍ وَشَرَفٍ.
kedua, الْقَدْرُ diantara makna-makna الْقَدْرُ secara bahasa; kemulyaan, wibawa, hukum, ketetapan dan
penindasan. para ahli fikih berbeda faham tentang maksud
الْقَدْرُ yang diidafatkan ke لَيْلَةٌ, dikatakan bahwa yang dimaksud al-qadr (diidafatkan
ke لَيْلَة) adalah
keagungan dan kemuliaan. sebagaimana firman-Nya; "dan mereka tidak mengagungkan Allah
dengan pengagungan yang semestinya".
hal ini mengandung makna bahwa lailah al-qadr merupakan suatu malam yang memiliki
keagungan dan kemuliaan karena pada malam ini Al-Quran diturunkan, juga karena
turunnya malaikat, turun
juga pada malam ini keberkahan, rahmat dan ampunan. dan karena orang
yang menghidupkan malam ini memiliki keagungan dan kemuliaan.
وَقِيل: مَعْنَى الْقَدْرِ هُنَا التَّضْيِيقُ كَمِثْل قَوْلِهِ
تَعَالَى: {وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ}[3]
وَمَعْنَى التَّضْيِيقِ فِيهَا إِخْفَاؤُهَا عَنِ الْعِلْمِ بِتَعْيِينِهَا، أَوْ
لأنَّ الأرْضَ تَضِيقُ فِيهَا عَنِ الْمَلاَئِكَةِ، وَقِيل: الْقَدْرُ هُنَا
بِمَعْنَى الْقَدَرِ -بِفَتْحِ الدَّال- وَهُوَ مُؤَاخِي الْقَضَاءِ: أَيْ
بِمَعْنَى الْحُكْمِ وَالْفَصْل وَالْقَضَاءِ، قَال الْعُلَمَاءُ: سُمِّيَتْ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لِمَا تَكْتُبُ فِيهَا الْمَلاَئِكَةُ مِنَ الأرْزَاقِ
وَالآْجَال وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا سَيَقَعُ فِي هَذِهِ السَّنَةِ بِأَمْرٍ مِنَ
اللَّهِ سُبْحَانَهُ لَهُمْ بِذَلِكَ ، وَذَلِكَ مَا يَدُل عَلَيْهِ قَوْل اللَّهِ
تَعَالَى: {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا
مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُل أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا
كُنَّا مُرْسِلِينَ}[4]،
حَيْثُ ذَهَبَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ إِلَى أَنَّ اللَّيْلَةَ الْمُبَارَكَةَ
الْوَارِدَةَ فِي هَذِهِ الآْيَةِ هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ، وَلَيْسَتْ لَيْلَةَ
النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ كَمَا ذَهَبَ إِلَيْهِ بَعْضُ الْمُفَسِّرِينَ[5].
Dikatakan pula; makna الْقَدْرُ disini adalah التَّضْيِيقُ (penindasan)
sebagaimana firman Allah SWT: "dan siapa yang mampu memberi
nafkahnya". makna
التَّضْيِيقُ dalam konteks ini berarti
merahasiakan pengetahuan tentang ketentuan malam tersebut, ataukarena bumi
menjadi sempit karena turunnya
malaikat. menurut pendapat lain makna الْقَدْرُ disini juga bermakna ukuran
(dengan membaca fathah pada huruf dal) semakna dengan الْقَضَاءِ yang berarti hukum, keputusan dan ketetapan.
para ulama berpendapat bahwa dinamai lailah al-qadr karena pada malam
ini malaikat menentukan/ mencatat rizki, ajal dan lain
sebagainya, yang akan terjadi pada tahun ini sesuai dengan perintah Allah SWT,
hal ini sebagaimana tersebut dalam ayat: "Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar
dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul".
mayoritas ulama berpendapat bahwa
malam yang diberkahi disini berarti lailah al-qadr, bukan malam
pertengahan sya'ban sebgaimana yang dipaparkan sebagaian mufassir.
قَال ابْنُ قُدَامَةَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ هِيَ لَيْلَةٌ شَرِيفَةٌ
مُبَارَكَةٌ مُعَظَّمَةٌ مُفَضَّلَةٌ ثُمَّ قَال: وَقِيل: إِنَّمَا سُمِّيَتْ
لَيْلَةَ الْقَدْرِ لأنَّهُ يُقَدَّرُ فِيهَا مَا يَكُونُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ
مِنْ خَيْرٍ وَمُصِيبَةٍ، وَرِزْقٍ وَبَرَكَةٍ[6].
Ibn
Al-Qudamah berpendapat; lailah al-qadr merupakan suatu malam yang mulia diberkahi diagungkan dan
diutamakan, lalu ia berkata: dikatakan bahwa dinamai lailah al-qadr karena pada malam
tersebut ditetapkannya kejadian tahun ini baik berupa kebaikan maupun mushibah,
rizki maupun berkah.
فضلُ
ليلةِ القدر
قَالَ
اللهُ تَعَالَى: [إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا
مُنْذِرِينَ(٣) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ(٤)] {الدُخان}.
وقَالَ
تَعَالَى: [إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ(١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ القَدْرِ(٢) لَيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(٣) تَنَزَّلُ المَلَائِكَةُ
وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى
مَطْلَعِ الفَجْرِ(٥)] {القدر}.
وعَنْ
أَبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم:
«مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَاناً واحتِسَاباً غُفِرَ لهُ مَا تَقدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ» رَوَاهُ الشَيْخَان[7]
وعَنْ أَبي
هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- أَنَّ رَسُولَ صلى الله عليه و سلم قَالَ في لَيْلَةِ
القَدْرِ: «إنَّهَا لَيْلَةُ سَابعةٍ أو تَاسِعَةٍ وعِشْرِينَ إِنَّ الملائِكَةَ
تِلْكَ اللَّيلةَ في الأرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الحَصَى» [9]
Keutamaan lailah al-qadr
Allah
SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah". (Ad-Dukhan: 3-4)
Allah SWT juga berfirman: "Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu
Apakah malam kemuliaan itu?. malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. malam itu
(penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar". (Al-Qadr: 1-5)
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW
telah bersabda:"siapa yang menghidupkan lailah al-qadr karena keimanan
dan mengharap rido Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu". (H. R. Syaikhan)
dalam
riwayat lain dengan lafadz : مَنْ قَامَ لَيْلةَ القَدرِ إيماناً واحتِسَاباً
غُفِرَ له مَا تَقَدَّمَ من ذَنبِهِ
Dari
Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang lailah -qadr:
"lailah al-qadr itu ada di malam ke 17 atau
19, sungguh pada malam itu malaikat di bumi
lebih banyak dari pada batu kerikil".
اخْتِصَاصُ
الأمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَاصَّةٌ
بِالأمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَلَمْ تَكُنْ فِي الأمَمِ السَّابِقَةِ[10]،
وَاسْتَدَلُّوا بِمَا رُوِيَ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ: أَنَّهُ سَمِعَ مَنْ
يَثِقُ بِهِ مِنْ أَهْل الْعِلْمِ يَقُول: إِنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ، أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ
مِنْ ذَلِكَ ، فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لاَ يَبْلُغُوا
مِنَ الْعَمَل مِثْل الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُول الْعُمُرِ، فَأَعْطَاهُ
اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ[11]،
وَبِمَا رُوِيَ: أَنَّ رَجُلاً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيل لَبِسَ السِّلاَحَ فِي
سَبِيل اللَّهِ تَعَالَى أَلْفَ شَهْرٍ فَعَجِبَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ ذَلِكَ
فَأَنْزَل اللَّهُ عَزَّ وَجَل: {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ}[12].
Keistimewaan ummat Muhammad dengan
lailah al-qadr
Jumhur ahli fikih berpendapat bahwa lailah
al-qadr khusus hanya ada pada ummat Muhammad, tidak ada pada ummat
sebelumnya. mereka berdalih dengan
hadits yang diriwayatkan dari Malik Ibn Anas ra.: bahwa ia mendengar
seseorang yang diyakini ahli ilmu berkata: sesungguhnya diperlihatkan kepada
Rasulullah SAW kehidupan ummat-ummat sebelum beliau, atau sesuatu yang Allah
kehendaki dari hal tersebut. seolah-olah berkurang kehidupan ummatnya, bahwa
tidak mereka sampai mengerjakan suatu amalan sebagaimana sampainya yang lain
(kaum sebelumnya) karena panjangnya umur mereka. lalu Allah memberikan lailah
al-qadr kepada Nabi yang merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan,
karena itu diriwayatkan: bahwa dua orang bani israil mengenakan baju besi di
jalan Allah selama seribu bulanm maka orang-orang muslim sangat takjub
mendengar hal tersebut, lalu Allah menurunkan ayat: "Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah
malam kemuliaan itu?. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan".
وَذَهَبَ
بَعْضُهُمْ إِلَى أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ كَانَتْ فِي الأمَمِ السَّابِقَةِ
وَاحْتَجُّوا بِحَدِيثِ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَفِيهِ : قُلْتُ : يَا
رَسُول اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفِي كُل رَمَضَانَ هِيَ ؟
قَال : نَعَمْ . قُلْتُ : أَفَتَكُونُ مَعَ الأنْبِيَاءِ فَإِذَا رَفَعُوا
رُفِعَتْ أَوْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ؟ قَال : بَل هِيَ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ[13].
sebagian
yang lain mengatakan bahwa: lailah al-qadr sudah ada pada ummat
terdahulu, mereka berhujjah dengan hadits Abu Dzar ra.: "aku bertanya:
ya Rasulullah, beritahu aku tentang lailah al-qadr, apakah ia ada pada setiap
Ramadhan?". Rasul menjawab: "ya". aku bertanya lagi:
"apakah ia ada selagi para nabi ada, ketika mereka diangkat maka lailah
al-qadr-pun diangkat atau sampai hari qiyamat?". Rasul menjawab: "ya,
ia ada sampai hari qiyamat".
التماسُ
ليلةِ القَدْرِ في السبعِ الأواخر
عَن
ابنِ عُمَرَ رَضيَ الله عَنْهُما أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبيِّ صلى
الله عليه و سلم أُرُوُا لَيْلَةَ القَدْرِ في السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَقَالَ
رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم: «أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ في
السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِيْها فَلْيَتَحَرَاها في السَّبْع
الأَوَاخِر» متفق عليه.
وفي
رواية: «التَمِسُوهَا في العَشْرِ الأَوَاخِر، فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ
عَجَزَ فَلا يُغْلَبَنَّ على السَّبْع البَواقِي».
Lailah al-qadr
bertepatan dengan 7
hari
terakhir
Dari
Ibn Umar ra.: bahwa dua orang sahabat Nabi SAW berpendapat lailah al-qadr
terjadi pada 7
hari terakhir, lalu Rasul bersabda: "aku menyaksikan pendapat
kalian berdua bahwa lailah al-qadr bertepatan dengan 7 hari
terakhir, maka siapa yang -------------- hendaklah------ di7 hari terakhir". (Muttafaq
'alaih)
dalam sebuah riwayat: "carilah lailah
al-qadr pada 10 hari terakhir, jika salah seorang diantara
kalian lemah atau tak kuasa, maka tidak akan sampai pada 7 keutamaan".
dalam
riwayat lain dikatakan pula: "mereka menggenapkan lailah al-qadr pada 7 hari terakhir".
التماسُ
ليلةِ القَدْرِ في الأوتار
عَنْ
عُبَادَةَ بنِ الصامتِ ( قَالَ: «خَرَجَ النَّبيُّ لِيُخْبرَنا بلَيْلَةِ القَدْرِ فَتَلاحَى
رَجُلانِ من المُسلِمِين، فقَالَ: خَرجْتُ لأُخْبِرَكُم بلَيْلَةِ القَدْرِ
فَتلاحَى فُلانٌ وفُلان، فَرُفِعَتْ، وعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيرَاً لَكُم،
فَالتَمِسُوها في التَّاسِعَةِ والسَّابِعةِ والخَامِسَة»[15]
Lailah al-qadr bertepatan dengan hari-hari ganjil
Dari Ubadah ibn Shamit ra. berkata: "Nabi
SAW keluar hendak memberitahukan kami tentang lailah al-qadr, lalu dua orang
muslim saling bertengkar. Nabi berkata: "aku keluar untuk memberitahukan kalian tentang lailah
al-qadr, lalu dua orang bertengkar si pulan dan si pulan, maka dilupakan/
diangkat (pengetahuan tentang lailah al-qadr), semoga ini menjadi kebaikan bagi
kalian, temui ia pada hari ke 7 , 9 dan 5”.
وَعَنْ أَبي
سَعيدٍ الخُدريِّ ( قَالَ: «اعْتَكَفَ رَسُولُ الله العَشرَ الأَوسَطَ من رَمَضَانَ يَلتَمِسُ
لَيْلَةَ القَدْرِ قَبلَ أَنْ تُبَانَ لَه، فلَمَّا انْقَضَينَ أَمَرَ بالبِنَاءِ
فقُوِّض، ثم أُبِينَت له أنَّها في الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ، فأَمَر بالبِنَاءِ
فأُعِيدَ، ثمَّ خَرَجَ على النَّاسِ فقال: يا أيُّها النَّاس: إنَّها كَانَت
أُبِينَت لي لَيْلَةُ القَدْرِ، وإنِّي خَرَجْتُ لأُخبِرَكُم بها، فَجَاءَ
رَجُلانِ يَحْتَقَّانِ - أي: يَخْتَصِمان- مَعَهُما الشَّيطَانُ، فَنُسِّيتُها
فَالتَمِسُوها في الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ من رمَضَان، فالتَمِسُوها في التَّاسِعَةِ
والسَّابِعَةِ والخَامِسَة»[16]
Dari
Ubadah ibn shamit ra. berkata: "Nabi SAW keluar hendak memberitahukan
kami tentang lailah al-qadr, lalu dua orang muslim saling bertengkar. Nabi
berkata: "aku keluar untuk
memberitahukan kalian tentang lailah al-qadr, lalu dua orang bertengkar si
pulan dan si pulan, maka dilupakan/ diangkat (pengetahuan tentang lailah
al-qadr), semoga ini menjadi kebaikan bagi kalian, temui ia pada hari ke 7 ,9 dan 5".
Dari Abi Sa'id Al-Khudriy ra. berkata: Rasulullah
SAW beri'tikaf pada 10 hari pertengahan ramadhan, beliau menemui lailah al-qadr
sebelum jelas baginya, katika telah berlalu beliau memerintahkan untuk membuat
kemah lalu Nabi merobohkannya, kemudian dibuat kembali kemah untuk Nabi pada10
hari terakhir, lalu Nabi memerintahkan untuk membuat
kembali, lalu Nabi keluar kepada orang-orang sambil berkata: "wahai
manusia, sungguh telah jelas bagiku bahwa ia (lailah al-qadr) pada 10
hari terakhir, dan aku keluar untuk memberitahukan kalian hal ini, lalu
datang dua orang yang mengaku berhak -yakni saling bertengkar- syetan ada bersama mereka. lalu aku dilupakan
maka carilah lailah al-qadr pada 10 hari terakhir ramadhan, temuilah ia pada hari
ke9 , 7 dan 5”.
الدعاءُ
ليلةَ القدر
عَنْ
عَائشةَ رَضيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: قُلتُ: «يا رَسولَ الله، أَرأَيتَ إنْ عَلِمْتُ
أيَّ ليلَةٍ ليلَةَ القدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قولي: اللَّهُمَّ إنَّك
عَفُوٌّ كَريمٌ تُحبُّ العَفوَ فَاعْفُ عنِّي» رَوَاهُ التِرمِذيُّ وقَالَ: هَذا
حَديثٌ حَسَنٌ صَحيحٌ[17]
Do'a lailah al-qadr
Dari
A'isyah ra. berkata: aku bertanya: "ya Rasulullah, apa pendapatmu jika
aku mengetahui kapan lailah al-qadr itu, apa yang harus aku do'akan pada malam
tersebut?". Rasul menjawab: "berdo'alah: اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ كَريمٌ تُحبُّ العَفوَ فَاعْفُ عنِّي (ya Allah,
sungguh Engkaulah yang maha pemaaf yang maha mulia dan menyukai memaafkan, maka
maafkanlah aku)". (H. R.
Tirmidzi, ia berkata: ini hadits hasan yang shahih)
كِتْمَانُ
لَيْلَةِ الْقَدْرِ
اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِمَنْ رَأَى
لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَنْ يَكْتُمَهَا[18].
وَالْحِكْمَةُ فِي كِتْمَانِهَا كَمَا ذَكَرَهَا ابْنُ حَجَرٍ
نَقْلاً عَنِ الْحَاوِي أَنَّهَا كَرَامَةٌ وَالْكَرَامَةُ يَنْبَغِي كِتْمَانُهَا
بِلاَ خِلاَفٍ بَيْنَ أَهْل الطَّرِيقِ مِنْ جِهَةِ رُؤْيَةِ النَّفْسِ، فَلاَ
يَأْمَنُ السَّلْبَ، وَمَنْ جِهَةٍ أَنْ لاَ يَأْمَنَ الرِّيَاءَ ، وَمَنْ جِهَةِ
الأدَبِ فَلاَ يَتَشَاغَل عَنِ الشُّكْرِ لِلَّهِ بِالنَّظَرِ إِلَيْهَا
وَذِكْرِهَا لِلنَّاسِ، وَمَنْ جِهَةٍ أَنَّهُ لاَ يَأْمَنُ الْحَسَدَ فَيُوقِعُ
غَيْرَهُ فِي الْمَحْذُورِ .
Merahasiakan lailah al-qadr
Para ulama bersepakat bahwa siapa
yang melihat lailah al-qadr dianjurkan untuk menrahasiakannya.
hikmah dari merahasiakannya,
sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar yang menukil dari kitab Al-Haawi bahwa: lailah
al-qadr merupakan suatu kemuliaan, maka kemuliaan mesti dirahasiakan tanpa
terkecuali diantara para pejalan kaki dari aspek pendapat pribadi, maka tidak
aman merampas, dari aspek lain; tidak aman riya, dari aspek adab; tidak
diperkenankan ribut dari bersyukur kepada Allah dengan memperhatikan lailah al-qadr dan mengingatnya kepada
manusia. dan dari aspek lain juga tidak diperkennkan hasud, sehingga yang
lainnya terkena bahaya.
قَال ابْنُ حَجَرٍ الْعَسْقَلاَنِيُّ[19]:
وَيُسْتَأْنَسُ
لَهُ بِقَوْل يَعْقُوبَ عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
لاِبْنِهِ يُوسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ {يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى
إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ
مُبِينٌ}[20].
Ibnu Hajar Al-Asqalaniy berkata: diperdengarkan ucapan
Ya'kub as. kepada anaknya Yusuf as.:
يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا
لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (wahai anakku, jangan engkau ceritakan mimpimu kepada
saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia).
[5] المصباح المنير ، والمفردات ، وفتح الباري ٤ /
٢٥٥ ، ودليل الفالحين ٣ / ٦٤٩ ، والمجموع للنووي ٦ / ٤٤٧ ، والمغني لابن قدامة ٣ /
١٧٩ .
[11] حديث : " أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
أري أعمار الناس قبله . . . " . أورده الإمام مالك في الموطأ ( ١ / ٣٢١ )
بلاغًا .
[12] حديث : " أن رجلاً من بني إسرائيل لبس
السلاح في سبيل الله . . . " . أخرجه البيهقي (٤ / ٣٠٦ ) وأعله بالإرسال .
[13] حديث أبي ذر : " يا رسول الله : أخبرني عن
ليلة القدر . . . " . أخرجه النسائي في الكبرى (٢ / ٢٧۸ ) .
[16] رواه الشيخان واللفظ لمسلم رواه البخاري (١٩١٢) ومسلم (١١٦٧) وما بين الحاصرتين مني
وليس من الحديث.
[17] رواه الترمذي (٣٥١٣) وابن ماجه (٣۸٥٠) والنسائي في الكبرى
(١٠٧٠۸) وأحمد (٦ /١٧١) وصححه الحاكم وقَالَ: على شرط الشيخين (١ /٧١٢).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar